first world

I am in a my world

Second: bumi parahyangan

Bandung, here I am.

Sebuah sensasi semangat menyeruak dalam dada ketika tahu. Tahu akan International Muslim Student Summit 2012 akan digelar. Senang? Tentu, iya. Serasa ini acara saya. Padahal raga ini di kota Surabaya.


Perjalanan menuju Bandung bukan bermula dari Surabaya, kota perjuanganku, namun berawal dari Jogja.

Hampir tengah malam, akhirnya rombongan ITS pulang dari Gedung Sportorium UMY masih dengan berusaha melapang-lapangkan dada, setelah kalah telak dari UB di ajang PIMNAS, 9-13 Juli. Malam yang magis, mengajari kekalahan sebelum kemenangan datang. Itu terbukti, esoknya empat bis akan segera kembali ke peraduan Surabaya (tanpa sebentar pun ke Malioboro atau Borobudur), hehe.

Kurang lebih tujuh orang yang memilih duduk di lobi hotel. “Ga ikut ke Surabaya?” “Ndak mas, mau ke Bandung?” “oh, mau ikut FSNAS itu ya..” cukup dijawab dengan senyum.
Oh, sebenarnya empat diantaranya hendak ke Jakarta, pelatihan PPSDMS, sisa tiga memang ke Bandung untuk IMSS 2012-FSLDKN XVI. Ini hidupku, dan anehnya, selalu saja hanya menjadi yang tercantik, tidak di laboratorium, tidak di rombongan sisa ini. Hanya saya yang akhwat (dan untungnya saya senior).
“Wah, mbak sendirian, ga ada akhwat yang lain.” “Ah, sudah biasa koq, anggap aja aku ikhwan.” Akhirnya aku memisah dari ikhwan lainnya, serasa dunia ini masih lama sekali datang hari kiamatnya.
Rencana perjalanan menuju Bandung, akan bergabung dengan puskomda Jogja, dan itu masih nanti nanti malam. What should I do for the next nine hours in hotel (with those guys)?
Dan diputuskan akhirnya, kami transit ke hotel kecil bersama teman lain yang belum pulang, dan masih saja akhwat sendirian. Kasian, kasian, kasian.
Masih delapan jam lagi, ya sudah dengan galau hati, buka laptop dan mengerjakan ulang paper untuk International Conference IMSS 2012, dan akhirnya pun tertidur juga. Setelah sadar kembali, iseng buka facebook.com dan mendapatkan inspirasi keluar menuju lantai 5 hotel.

Subhannallah. Enjoy the views at 4-6 pm. Lantai 5 hotel telah disulap menjadi cafe dengan kolam renang kecil. Lihatlah sisi barat, matahari sedang turun ke peraduan, lalu kupandangi sisi timur nun jauh disana surabaya, kota dengan seribu satu scenes yang telah dan harus akan dihadapi, hati ini bergemuruh merindukannya. Terlihat jalanan Jogja, ah sama macetnya seperti di Surabaya. Palingkan ke sisi selatan, jajaran gunung kidul dengan Pantai Parangtritisnya (ya walaupun ga keliatan lautnya), waaahh… sisi utara dengan gagahnya Gunung Merapi dengan awan-awan yang menyelubungi kekokohannya. Sejenak, decak kagum atas indah ciptaan Rabb mampu menyesap menggantikan kelelahan raga.

gunung merapi malu di balik awan

gunung kidul

Isya selesai ditunaikan, dan entah mengapa, berkali si mbak resepsionis telepon ke armada taxi, jawabannya sama. “Maaf, penuh semua.” Waduh, gawat. Ini sudah hampir jam tujuh, belum waktu perjalanan ke UNY untuk bergabung dengan rombongan puskomda Jogja.

Dik Fauzan stand by di pinggir jalan kalo-kalo ada taksi lewat. Percuma mengharapkan dan menunggu tanpa melakukan apapun, buka laptop plus online, cari armada taksi Jogja. “Dik Rizki, ada pulsa telepon? Telepon ini dunk.” Alhamdulillah dapat, setelah mencoba tiga armada. Hahaha, belum sampai Bandung saja sudah rempong. Oh, gini ya Jogja, Oh gini ya UGM, hahaha, efek pimnas yg hanya rute hotel-UMY-hotel. Masih bagusan (dan ruwetan) Surabaya.

Kami bertiga, dengan selamat berhasil menjejakkan kaki di UNY, Alhamdulillah belum datang bisnya. Aneh sih Aneh, bayangkan, tiga makhluk aneh yang mengandalkan ukhuwah se-iman, tiba-tiba berpenampakan di rombongan Jogja. “Siapa namanya, mbak?” “Oh, Siti dari ITS Surabaya.” “Hah, Surabaya? Beneran? Koq Bisa?” “haha, iya habis pimnas. Jadi stripping Surabaya-Jogja-Bandung, hahahaha” “Wah, subhanallah, yah..” “hehe, iya tapi rempong”

Malam itu, iya malam hari, ikhwan akhwat Jogja dan sekitarnya berangkat menggunakan tiga bis kecil kampus UNY menempuh jalur darat. Nice experiences! Bertemu dengan kawan baru dari Jogja, yang awalnya cuma tahu nomor ponselnya saja. “Mbak Rahma UNY itu yang mana ya?” “Kalo mbak Wening UGM?” “Wah, anak UGM minta dijemput, hehe.” Wah, arek UGM ini koq manja ya? Batinku. Hehehe, peace yakk.. Gpp lah, biar tahu dalamnya UGM.
Mungkin akhwatnya yang overload di bis satu hingga saya dan lima orang akhwat lainnya di bis dua duduk di belakang para ikhwan. Jiahh.. ya wis lah.. Ga kenal dan tidak terkenal koq aku, lagipula bukan orang Jogja. Setelah sampai di depan Psikologi UGM, rombongan UGM berdatangan, wuih ternyata mereka bawa pesanan jaket satu karung besar, dan diletakkan di dekat tempat dudukku serta memblokir pintu belakang bis dua. Tidurlah sudah… “Afwan, ini ikhwannya kurang tempat duduk dua lagi. Nah, kalo bisa ada satu akhwat yang pindah ke bis satu.” Satu akhwatnya lagi (yang duduk di sampingku) gabung di jok belakang bis yang memang untuk lima orang, namun hanya diduduki empat saja.

Mbantin: “Wah, harus pindah ini.” Apalagi teman samping tempat dudukku sudah berkoar “masak pindah lagi”. Ya sudah. “Kalo begitu, keluarin barang-barang (yang memblokir pintu belakang bis), saya yang pindah,” ujarku dengan heroiknya. Hehe.. jam berapa ini belum berangkat juga, waduh jam 10 malam.. Bis satu. Wuusss.. koq sepi banget ya, nih akhwat-akhwat ekspresinya tegang semua, apalagi didukung dengan temaramnya lampu bis. Pas banget. Beda jauh dengan bis dua yang dominan ikhwan, gaduh khas ikhwan. “Asik, dapat tempat depan dan luas lagi..” ini hikmah pindah bis, hehe.. Bismillah berangkat.
Pyaarr… hmm. “apaan yah?” setengah sadar membuka mata setelah tidur di bis koq ada suara kaca pecah. Kaca apa yang pecah? “Ada yang mbalang (pecahin) kaca bisku!” seru sang supir saat menelpon teman supir bisa yang lain.” Masih di daerah Wates, Jogja, dua bis dengan sengaja dilempar dengan botol kratindeng malam hari. Masih untung bis satu yang kutumpangi pecah kaca kecil yang dekat supir. Naas bis tiga, kaca yang pecah di area penumpang, kaca yang besar. Adrenalin langsung terpacu. Bagaimana bisa ini terjadi? Bis yang sama, di kurun waktu yang sama, apa motif mereka? Sungguh sangat mencekam sekali #4L4Y.com. Siapa yang tidak takut? Hampir tengah malam ada yang melempar kaca bis dengan botol. Kurang kerjaan sekali. Munajat-munajat. Semoga selamat sampai Bandung. Sekilas, kaca bis tiga direkatkan dengan isolasi macam jaring laba-laba. Semoga Allah membalas mereka dengan setimpal, #doaorangyangteraniaya.


Setelah bermanuver di jalanan mengular Malang Bong yang macet beudz, alhamdulillah selama 15 jam duduk diam di bis sampai juga di Bandung (ditambahi adegan sang supir malah nyasar ke UPI , bukan ke ITB, hummpphh).
“Yak, teman-teman tasnya silakan ditaruh di sebelah sini, silakan solat di Salman.”
Seusai solat tujuh missed calls, sudah waktunya kembali dengan ITS Rempongers. Alhamdulillah, lebih tenang dengan bisa melihat wajah-wajah familiar adik-adik. Bye arek Jogja.. See u next time..
Hari masih berlabel Sabtu, opening IMSS hari Ahad. Jadilah kami menganggur di penginapan. Eh, tidak! Saya salah duga. Ada rapat internal akhwat ITS. Koq masih bisa-bisanya? Hahaha.. salah satu slogan temen saya gini: “Jangan sampai ga tanya atau kosongan waktu IMSS.” Haha, salut deh buat anak ITS! ITS CAK!
Sisi lainnya ini yang GJ (Gak Jelas), diporotin. “Mbak, ayo traktiran.. kan habis pimnas.” Berbahaya bagi dompetku ini. Nasi goreng 8000 rupiah dikalikan delapan akhwat. Hahaha.. “Makasih ya mbak.. Mbak kepala suku..” ada aja julukan baru. Ya itu karena hanya saya yang angkatan 2008 di akhwatnya. Malam itu beneran syuro digelar, tapi juga tidak menutup kemungkinan ada sesi curhat colongan, cerita pemberangkatan rombongan Surabaya (lebih tepatnya dua akhwat ITS yang berdarah-darah) hingga pimnas ITS yang pulang dengan kepala menunduk, nice nite only in Bandung.
Satu kenyataan agak pahit yang harus kuhadapi, saya masih bersama peserta IMSS Nasional dengan agenda nasionalnya, lalu saya tercatat sebagai peserta International Conference IMSS (yang terlantar). Efeknya masih saja harus bawa tas besar waktu ke Sabuga. Oh man..


Maaf ya adik-adik saya belum bisa mendampingi selama di Bandung, saya harus berkumpul dengan peserta IC yang lain. Tapi mana LO saya ya?
Ya, ini baru pemberangkatan saja.
###

Leave a comment »

KOM-UTER

Setelah seharian harus menunggu, apa aku harus menunggu lagi. Syuro yang dijarkom jam07.15 harus ditunggu sampai 07.45. aku kehilangan mood untuk meneruskan, kulanjutkan ke Gedung UPMB. Disana aku pun menunggu giliran untuk bimbingan PKM-GT. Dari 08.45, tik tok tik tok, baru 09.30 aku baru bisa berkicau bebas mengenai PKM-ku, itupun tidak memuaskan bagi reviewer-nya. Buang kekecewaan, aku naik ke kayangan lantai 4, english class. Walau aku telat, aku masih mending karena yang datang sedikit sekali.

Siang memang telah kurencanakan sebagai waktu untuk pulang ke Sidoarjo. Komuter akhirnya menjadi alternatifku untuk mentransfer massa badan ini.

Jadwal yang kuingat jam 13.20 komuter tujuan Porong bisa berangkat.

Nekat memang jam sudah 12.17. Padahal dari ITS ke Gubeng harus naik angkot dulu, dari lab ke bemo track kan harus jalan. Gila,

Tidak ada pilihan lain, aku sms Dea, Nuris, Jihan.

Beuhh.. Dea sudah berapa kali di sms tidak ada balasan. Nuris, “afwan ukh ni masih di rumah, 40 menit lagi.” Waah Kacau. Akhirnya Jihan: “Ok Bs InsyaAlloh bisa.”

Terpaksa, aku sudah mencoba mandiri dengan naik len, Tapi baru jalan ke Pinggiran kampus, Subhanallah, panasnya terasa sampai ke tulangku. Ok, aku memanfaatkan jasa ojek motor teman seperguruan. Hahahaha. Suwun ya Jihan.

Lha masalahnya kalo naik motor ke Gubeng kan harus pakai helm.

Hello, sudah tidak punya helm, pinjam ga dapat, Ya Sudah cap cuz deh…

Jihan nyetir sesuai permintaan ku, high speed, hohoho, Cuma 20 menit saja, Tapi jangan tanya jantung ku gimana? Bukan soal percepatan roda dua itu. Di perempatan RCTI, ada polisi nyegat mobil, kamu kan tahu, kepalaku gundul, ga ada helmnya… hehe

Untungnya Jihan tau caranya bermanuver menyelinap dari penglihatan oknum tidak bertanggung jawab itu.

Ini belum klimaks, cerita hari ini, sis….

Entah mengapa sesampai di Gubeng, hatiku koq ya masih ada yang mengganjal. Lho, kenapa loket tiketnya hanya bersifat bisnis, eksekutif aja… mana ekonominya. Perasaan dulu ada deh.

Peraturan aneh.

Tiket ekonomi harus beli di stasiun Gubeng Lama, sisi lain tempatku berdiri, Gubeng Baru. Dan kalo lewat peron Gubeng Baru, harus bayar!

Jadi ada satu pertanyaan! Bagaimana aku harus ke Gubeng Lama? Secepatnya, sekarang sudah jam 13.01. Tentu saja, aku tidak mau mengeluarkan uang lebih. Hidup Mahasiswa!

“Ya sampeyan harus muter lewat jalan sana mbak..” Jawab salah satu petugas KAI.

Aku ga percaya.

“Jauh Pak?” Masih ga percaya juga.

“Ya Lumayan.”

Akhirnya aku ngeliat ada Mahasiswa berjaket FTK ITS, wah setidaknya aku bisa minta bantuan, masih satu almamater, dan dia juga sudah memegang tiket warna pink pudar. Serbu.

“Eh… Mas, tiketnya beli di stasiun Gubeng Lama ya?”

Ada satu pemuda yang juga kebingungan, yang ternyata juga senasib denganku.

“Iya”

“Kalo mau ke Gubeng Lama lewat mana?”

“Ikuti aja jalan ini mute lurus nanti belok kanan.”

Batinku, sebelah Gubeng Baru kan perkantoran, Mana ada persimpangan yang dekat.

Klimaks.

“Mbaknya juga mau ke Gubeng Lama?”

“Iya.”

Entah apa redaksinya aku lupa, intinya dia mengajak untuk kesana bersama. Berbarengan.

Kenal sepersekian detik yang lalu, lalu langsung jalan beriringan keluar ke jalan raya.

Aneh. Tapi itu pengalaman serunya. Hahaha.

Melangkah cepat, kami berdua memburu waktu.

“Mau ke Malang juga?” Tanya Masnya.

“Oh ga, Cuma ke Sidoarjo aja.”

Dia malah ketawa, lebih tepatnya menertawakan peraturan baru.

“Lucu! Kita kan juga konsumen. Kita dirugikan ini.”

Masih mengambil langkah besar-besar juga dipayungi panas mentari jam satu siang.

Jujur, aku sih ga masalah harus jalan bersama dengan laki-laki yang tidak dikenal, kalo memang body language ga membahayakan. Aku bingung harus memulai pembicaraan bertopik apa.

“Mbak, kuliah?”

“Iya, di ITS.”

Aku masih berpikir.  Takdir terasa aneh bagiku.

Ah, seru juga pengalaman seru mendapatkan teman baru dadakan.

“Lha, Kalo Kamu?” Masih bingung mau manggil apaan, masak Anda, malu juga kalo manggil Mas secara langsung. Lha wong logatnya kayak orang barat, maksudnya daerah Jakarta-Bandung dan sekitarnya.

“Saya udah kerja di Jakarta. Ini mau ke Malang.”

“Keretanya jam berapa?”

“Katanya sih jam dua.”

Kami akhirnya belok kanan, dan menemukan rel kerata.

“Truz ini kemana ya? Gimana kalo lewat sini aja?” Aku menunjuk rel panjang yang memang tembus sampai Gubeng Lama bagian dalam.

Aku gila. Tapi dia lebih gila lagi, dia sepakat dengan ideku.

You Know What. Ada sungai dibawah besi-besii regang rel itu.

“Loncat aja sekalian.”

“Iya, langsung hanyut ke Sidoarjo.” Timpalku.

Hahaha

Sungai terlewati.

Ini jelas pengalaman terkena dampak fungsi otak yang tidak bekerja secara irrasional.

“Ngambil jurusan apa?”

“Teknik Kimia.”

“Oh, Kimia?”

“Bukan. Teknik Kimia, ada Tekniknya.” Huh, mengapa bisa selalu tertinggal tekniknya, level emosi sudah diambang batas. Nafas menderu-deru. Keringat sudah mengucur deras.

“Wah bisa buat bom donk. Hahaha.”

Ingin kujawab, nggawe bom gundule. Emosi memang lebih enak diekspresikan dengan Bahasa Ibu. Haha. Untung cuma dalam batin.

“ehmm… oil and gas.”

“oh…”

“Lha Kamu alumni mana?”

“ Brawijaya.”

“oh.. UB.. Jurusan apa?”

“IT.”

Jalan cepat membuahkan hasil, kami lebih dekat. Semakin dekat dengan stasiun tentunya.

Di depan kami ada Ibu separuh baya dan seorang Nenek yang memikul keranjang di punggungnya. Aku mulai memasukkan tas laptopku, Hujan mulai turun.

“Monggo Bu..” Aku memulai pembicaraan. Tapi masih dengan langkah cepat, yang tentunya tidak akan bisa ditandingi oleh mereka yang sudah berumur.

“Inggih naaakk.. Ujan, …”

Aku lupa dengan bagian ini, intinya, Orang itu (Laki-Laki yang bersamaku tadi) juga ikutan nimbrung,

“Coba kalo ujan duwek nak..” ujar si Nenek.

Heh? Koq bisa dalam situasi seperti ini, memikirkan uang.

“hehe… Lebih enak kalo ujan receh, mbah.”  Timpal laki-laki tadi.

Ingin rasanya tepok jidat. Heran aku.

Dan entah mengapa kami berdua meninggalkan kedua sesepuh di belakang. Aneh beudz..

Haha… anak muda sekarang ga tahu sopan santun, tanpa ba bi bu langsung pergi.

Kami berdua diam. Gerimis mulai lebat.

“Mana keluarnya?” Tanyaku.

Tapi dia tetap melangkah. Ya sudah. Aku pikir dia tahu. Ealah, akhirnya.

“Eh, ga bisa masuk lewat sini.” Laki-laki itu tadi baru sadar hanya ada satu jalan dan itu jalan keluar setelah beli tiket. Dia bingung.

Ah.. Bodoh amat. Aku menerobos melawan arah masuk melewati petugas. Eh, ga diapa-apain. Kami langsung menuju loket.

Sesuai perkiraan aku ingin tiket jam setengah dua. Tapi aku ga tahu sejak Desember, jadwal komuter berubah. Tidak ada jam 13.20. Astagfirullah. Aku melobi.

“Jam dua gitu, mbak?” Ujarku ke mbak-mbak petugas.

“Ga ada mbak.”

Hufff…

“Ya udah Jam setengah empat saja. Komuter.”

Krek-krek-krek-krek, bunyi mesin tiket. Sementara aku menyisir pemandangan sekitar. Laki-laki itu sudah tidak kelihatan lagi.

Aku menulis jadwal komuter terbaru, dan Surabaya-Bandung, Aku teringat mimpiku, Juni nanti aku akan pergi ke Bandung. International Muslim Summer Summit, I’m Coming!

Gubeng, 15.08

25 Feb 2012

Yah, mungkin teman baru dadakanku itu sudah duduk menuju Malang, semoga selamat sampai tujuan.

Nice Trip. But,

Sudah keberapa kalinya, rasanya aku didzalimi oleh penguasa. Peraturan yang merugikan konsumen. Lalu aku coba melihat, sinar mata masyarakat negeri ni di sekitar ku, tiada yang menyiratkan kesejahteraan.

 

datanglah ke Indonesia, engkau akan diputer-puterkan.

kom (come) – uter…

Leave a comment »

bukan Cak Edi, tapi Pak Edi

selepas solat jamaah di manarul malam ini, aku telah bertemu sebanyak dua kali dengan Bapak yang sangat ramah ini.

entah sudah berapa dekade Beliau setia dengan Teknik Kimia.

Beliau adalah sosok yang paling diantisipasi kehadirannya dalam ujian.

Fair. aku suka itu, tapi teman-temanku tidak.

Semoga Beliau diberikan kebarokahan. amin.

Leave a comment »

aku tidak bisa

aku tidak bisa naik motor pelan. itu yang mau katakan.

sejarah darahku meriwayatkan, bagaimana Abahku apabila nunggangi motor,

kalo didahului oleh pengendara muda Beliau tidak akan terima,

dia akan mengerahkan upaya untuk membalapnya

suangar khan?

hahaha

dan akhirnya ketika aku sudah berani berjalan Sby-Sda dengan motor,

bukan hal yang tabu, kalo aku memacu sekitar 60-80 km/jam.

sudah mengalir deras…

satu lagi penyakit ku yang sering kumat, aku jarang aku bisa mematuhi rambu yang didekati tekim…

suwun boy.

bayangin, Tekim adalah jurusan paling merana jalur transport nya, udah jalannya ditutup, *didekatnya material itu loh….

muternya jauuuuh beudz

ga ga ga kuat…

 

Leave a comment »

ya gini ini kalo udah punya cucu

Siang itu aku kesal, sedang high pressure diuber-uber deadline, eh disms, “ik, telp ayuk, Abah kangen Rafa.” *ya intine ngunu.
kenapa aku anak terakhir yang masih belum nggendong anak, yang masih ngampus pula disangkutpautkan dengan kerinduan seorang Mbah ke Cucunya. kasarane, yo telponen dewe lah, lapo koq sms aku disik.

okelah Fine, tak sms… pending, telepon, oalah cak “nomor yg anda tuju tidak terdaftar” tiga nomor bayangkan bunyinya hampir sama ga iso dihub.i.

jombang-sidoarjo boy… ga bisa serta-merta kesana langsung

yo sepurane ae, sudah kukerahkan pulsa ku.

——-

but it’s happy ending

2 hari yang lalu aku sms, oleh orang yang tidak bisa dihub.i nomor hp na
“mbok, aku di rumah lor, koen g mule ta.”

weunak pol nek ngomong…

tapi y opo maneh, dulur mek telu, kari aku tok si belum berkeluarga.

nekat iyo banget. jam 20.00 baru tancap gas pulang ke Sidoarjo.

nyampe rumah jam 21.09.an, haha ada 6 sms masuk ga kerasa.

ya ga apalah

ini mungkin moment kedua kalinya kami berlima berkumpul selepas kepulanganku dari bontang.

I really missed it much.

tapi yang penting aku bisa mendokumentasikan

kasih yang sampai

oleh Abah ke cucunya…^^

bersama

foto diatas menambah bukti semakin gantengnya Abah ku dirumah, sudah anaknya tiga cewek semua, cucunya dua cewek juga..

si Lia dan Rafa, versi gaya preman

yaah at least aku bisa mengikuti tumbuh kembang dua tuyul ini,

semoga ketika waktu melanglang buana dan benar-benar tidak sempat pulang, mereka bisa buka tulisan ngawur ini, setidaknya mengetahui, bahwa kami, generasi pendahulu mereka, begitu amat menyayangi kalian.

Lia-Rafa

tumbuhlah dengan kuat dan baik.

Maaf ya Rafa, aku belum bisa melancarkan rencana busuk ku untuk mendoktrinmu agar menjadi penggila buku nantinya selayaknya Lia yang sudah mulai kucekoki buku-buku.. hahaha

Sorry, salahe punya tante gokil…

Leave a comment »

salah?

pertama aku mengenalnya dari tulisannya yang sangat muantep beudz.

aku rajin membacanya, aku tertawa dan menangis setiap kali menyusuri untaian kata-kata yang dipost di salah satu webkampus number wahid.

aku penasaran, siapa ya dan gimana ya orangnya… hanya terpaut tiga tahun umur kami.

lambat laun, ada sebuah kajian yang cukup rame di ruang utama manarul, Sang Stimulator ku yang menjadi pembicara, not bad lah… aku mencoba mengingat rupanya, sialnya mataku minus+belum punya kacamripat pak le, remang-remang penglihatanku… ah kesempatan lain deh=)

pemikirannya, opininya, wawasannya, shirahnya, banyolannya sangat seger…

perlahan-lahan aku masuk dalam pusara keluarga media,

you know what, dia yang telah mengajari kami secara langsung mengenai banyak hal… senang sekali…

salahnya, bermula dari diriku sendiri.

takdir ini menjerat ku.
memang aku yang menyulut api, namun aku sudah mencoba memadamkan, mengingatkan 2 x.
entah kenapa harus aku yang memergokinya

lalu apa yang harus kulakukan???
lalu mengapa dia meminta maaf padaku?
padahal apa yang diperbuatnya tidak merugikanku.

jadi serba salah,

tapi akibatnya bisa menyakiti kepercayaanku dan jamaah walo itu sedikit saja..

Leave a comment »

Dream is coming true

yup

mau sharing saja

apa yang kuinginkan tahun ini…

dan kalian tahu,,, step by step,,,

Alloh telah memberikan yang terbaik dalam mewujudkannya

*Rencana akhir Juni ke Bandung. Seforum Diskusi dengan Yusuf Qardawi.

*Mei se forum dengan Dahlan Iskan

*Pabrik ku lho wis A…

Lho ya opo… dadi temenan kan mimpiku… hoho

Thank You Alloh… Alhamdulillahirabbil ‘Alamin

Sorry ada mimpi hanya diperuntukan untuk konsumsi pribadi, (bukan nikah lho, memang sih ingin segera mendirikan rumah pembangun peradaban, tapi harus melanglang buana terlebih dulu untuk membaktikan diri ke orang tua).

Leave a comment »

Please don’t the stop music!

Fenomena masyarakat kita tidak bisa dipisahkan dari apa yang dinamakan musik. Entah itu berwujud lagu, siulan, hentakan, gitaran atau sekadar gumaman. Mulai dari classic, pop, jazz, rock, dangdut, sampai nasyid.

Mayoritas kalangan mahasiswa sendiri, mari kita lihat apa yang dilakukan setelah menekan tombol power pasti buka winamp atau windows media player dan sejenisnya terlebih dahulu.

Feel and enjoy the music.

DJ, let it play.

Kata Emha Ainun Najib, sewaktu saya kecil, yang namanya hidup kita itu tidak dapat dipisahkan dari yang namanya suara, kalau kita berjalan kita bisa mendengar suara langkah-langkah kaki kecil kita, kalau kita sedang menulis di atas sebuah kertas sekalipun kita bisa mendengar suara gesekan pensil kita. Suara memang tidak lepas dari aktivitas kita.

Bila suara itu berharmoni, memelodi, berritme, dan berdinamisasi terlahirlah musik.

Siapa yang tidak suka musik?

Sayangnya, kenapa kebanyakan kaum pemuda terpikat dengan lagu-lagu Barat dimana beberapa terindikasi telah dijadikan sebagai media penyesat. Semisal lagu Rihanna-Umbrella yang konon katanya dalam bimbingan freemansory, yang menggunakan media musik untuk menggaet fokus lebih banyak orang. Efektif. Musik juga dapat menggelontorkan pengaruh budaya baru-baru masuk berjejal sampai ke otak. Sejatinya musik memang bisa memadu-madankan perbedaan, media komunikasi bahasa alias bahasa universal penciptaan solidaritas.

Sering, musik dikamuflasekan semi bisnis. Tak heran jika banyak konser digelar. Penelaahan: Heran seorang penyanyi yang hanya menghandalkan bagian tidak ada sepertiga badannya, hanya berpusat pada kemampuan pita suaranya saja bisa menghasilkan penghasilan yang berlebih bila saya bandingkan dengan seorang insinyur yang menggunakan hampir seluruh badannya dalam mencari nafkah. Juga tidak pernah habis pikir kenapa manusia yang sekarang hidup diambang bencana luar biasa yang dulu kencang-kencang dikoar-koarkan ke berbagai sudut dunia yakni global warming, lalu kenapa sekarang hampir tidak pernah tidak di atas bumi ini selalu saja digelar konser-konser yang hanya bersifat entertainment. Lihat lampu-lampunya, berapa megawatt? Bukankah itu energi? Katanya unrenewable energy hendak habis dan masih dalam tahap pengembangan untuk membuat teknologi energi terbarukan yang sangat mahal, ini malah histeris demi mendengar suara-suara yang dikolaborasikan anggota badan yang sengaja ditata untuk bergerak. Bersenang-senang saat yang lain mencoba bertahan hidup saja susah.

Dunia ini panggung sandiwara…

Cerita yang mudah berubah…

Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani…

Setiap kita dapat satu peranan…

Yang harus kita mainkan…

Ada peran wajar ada peran berpura pura…

Lain ketika, Nabi hijrah dan kedatangannya disambut dengan Shalawat Badr. Pertanda kah? Ini adalah celah cerah menuju syiar islam, mulai dari Cat Steven yang menjelma menjadi Yusuf Islam, Native Deen: grup hip-hop rapper dari Amerika, sampai penguasa R&B dari Lebanon, Maher Zain. Gunakan musik asalkan tidak melebihi kapasitas, bernyanyilah asal taqwa tetap meroket tinggi, berdendanglah asal jangan kau alihkan Alloh dari ingatan dan hatimu dan dapat menyesapi manfaat musik untuk penajaman kreatifitasan otak kanan. Itu saja.

1 Comment »

M U S L I M

Alternatif suara-suara,

penyuka nasyid.

http://www.4shared.com/mp3/w_ffNHHu/Native_Deen_-_M-U-S-L-I-M.htm

 

say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…

One billion strong, all year long,
Prayers to Allah even in Hong Kong
You can never be wrong if you read the Qur’an
Cause it’s never been changed since day one.
Others may brag, say that we lag,
But they don’t know all the power we had
The power we had, the power we have
So Muslimeen don’t you ever feel sad
Take many looks, go read their books,
You’ll see all the facts that your friends overlooked,
So always be proud, you can say it out loud
I am proud to be down with the Muslim crowd!

Say : M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them..
Say :M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
Say :M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
Say :M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…

They look at me strangely
Like I emit some type of energy
That draws kaafirs disbelievers towards me.
Thinking to themselves what makes him different than me.
Is it the hair, the clothes or maybe the food he eats,
What could it be, that makes the cats stand at attention,
His demeanor’s peaceful but on his face it’s clearly written that,
This ain’t the sorta brother caught up in this and that
Running streets, carrying heat, yo he ain’t into that.
This brother must live by some type of criteria,
To make it to the average cat quite superior
So maybe one of these days I get near enough
Play like Nancy Drew on this mystery and clear it up.
So listen up if you think this is strange,
Cause these the type of thoughts that used to run through a new Shahada’s brains
and I bear witness to the one with 99 names, InshAllah I will always remain.

CHORUS
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…
say:M-U-S-L-I-M I’m so blessed to be with them…

Don’t know about you, I know about me,
I’m proud to be rolling Islamically
Everywhere I see, even on tv,
People talking trash about the way I be.
But what they all hate, is if we get great
Cause we’re the only ones with our heads on straight
Don’t ever frown, or your head looking down,
If you read the Qur’an you’re the best in the town.
Y’all have doubt- say we have no clout
But-within-a-few years see how we’ve come about.
Were back on the scene, The number-one deen,
I’m proud to be down with the Muslimeen!

Leave a comment »

sekawanan pohon FTK

melintasi jalan penuh mahkota merah bunga

gugur melihat kupu menari

Leave a comment »